LALU AHMAD JD Alm di Kalangan Komunitas Wartawan Toak 

Pengantar Redaksi:
Mengenang Ahmad YD Sang Perpustakaan Berljalan. Tulisan ini dipetik redaksi jurnalif dari laman Facebook H. Bochri Rachman (alm). Tulisan tentang Ahmad JD ini diposting tangal 20 Februari 2021, sekitar satu bulan menjelang berpulangnya H. Bochri Rachman (19 Maret 2021). Redaksi Jurnalif hanya melakukan pengeditan kecil beberapa kata dan tandabaca, untuk tulisan almarhum yang diketik dala ponsel saat kondisi tubuhnya mulai melemah. Energi menulis kisah sahabatnya yang telah berpulang, seperti berlipat ganda sejak awal Februari 2021. Semacam pesan akan kerinduannya untuk berkumpul  dan bersendagurau dengan mereka. Berikut tulisan Almarhum Bochri Rachman tentang sahabat beliau Ahmad YD; Sang Perpustakaan Berjalan.

Sosok Ahmad YD, Jurnalis senior, Sejarawan; Perpustakaan Berjalan (ist)

Lalu Ahmad JD Alm berusia paling tua , 80 tahun. Tetapi paling rajin mengikuti kegiatan Wartawan Toak (WT). Tidak pernah absen menghadiri silaturrahmi bulanan. Biasanya Silaturrahim bergiliran setiap bulan di rumah anggota. Salah satu kegiatan sosial yang paling menonjol dari WT adalah Gerakan Sejuta Bibit Ikan (GSBI). Di rumah Lalu Ahmad JD GSBI pertama kali dibahas.  Almarhum termasuk yang paling aktif dalam gerakan yang dimulai bulan Agustus 2016, di Embung Masjid Desa Muncan Lombok Tengah . Selanjutnya dilakukan satu atau dua kali dalam satu bulan. Dari puluhan kali kegiatan GSBI, hanya satu atau dua kali Almarhum tidak hadir.

Gerakan ini dimotori WT bersama Pegiat Komunikasi NTB, Keluarga Besar RRI , PWI B , Nasri Umar Foundation dan TV Parlemen DPRD Lombok Barat. Dukungan datang daru sejumlah Tokoh NTB dan Aliansi Jurnalis Independen Indonesia AJI Mataram. Bahkan dari Direksi dan semua Stasiun RRI seluruh Indonesia.

Salah satu kegiatan GSBI dengan medan yang cukup berat di Desa Kayangan Kecamatan Kayangan Lombok Utara. Saya masih ingat, Lalu Ahmad JD pagi itu sekitar pukul 07.45 sudah datang ke rumah Akasia tempat berkumpul teman teman sebelum berangkat ke lokasi. Beliau yang pertama hadir. Walau mau tebar bibit ikan ke sungai atau embung, Miq Ahmad panggilan akrabnya selalu pakai sepatu, setidaknya sepatu sandal. Rupanya wartawan senior ini sudah memperhitungkan medan berat. Ternyata untuk mencapai lokasi harus berjalan kaki masuk hutan. Bergunalah sepatu agar tidak tertusuk potongan kayu tajam.

Usia yang mendekati 80 tahun tidak menjadi halangan Miq Ahmad. Ia ikut masuk hutan untuk menebar bibit ikan di sebuah sumber mata air .

Perjalanan menebar bibit ikan tidak pernah sepi dari kisah Miq Ahmad. Mulai dari naik mobil sampai tujuan tetap diisi obrolan yang syarat dengan sejarah. Mulai dari sejarah Lombok, asal usul nama tempat, adat perkawinan sampai sejarah asal datangnya bangsawan Lombok pertama. Semua diceritakan detail. Saya dan teman teman WT lainnya hanya sebagai pendengar. Sekali sekali menimpalin dengan pertanyaan.

Kalau sudah cerita tentang sejarah Lalu Ahmad JD tidak pernah bisa terhenti,seperti air mengalir. Hal ini diakui mantan Sekda NTB Doktor Rosiady Sayuti, “Almarhum di samping sebagai wartawan juga sebagai sejarawan. Setiap kali ketemu, selalu saja ada pengetahuan tentang sejarah Lombok yang beliau share. termasuk tentang sejarah dan asal usul desa desa di Lombok. Sewaktu di Bappeda saya pernah punya ide untuk menugaskan dan membayar seseorang untuk menuliskan secara lengkap apa apa yang beliau ketahui tentang berbagai hal…”.

Kepiawaiannya dalam mengisahkan sejarah dan budaya Lombok diakui banyak orang . Mereka yang pernah bertemu tokoh ini kagum karena sangat menguasai sejarah dan budaya Lombok. Penulis dan wartawan Buyung Sutan Muhlis termasuk yang mengagumi Lalu Ahmad JD. “Saya kerap takjub, setiap ia bicara tentang apa saja kejadian di Lombok di masa silam. Penuturannya begitu akurat. Ia tak hanya tahu tentang masa-masa pemerintahan di NTB sejak bergabung dengan pemerintahan republik. Ia pun dengan detil mengisahkan riwayat pohon-pohon kenari tua yang tumbuh di sepanjang jalan protokol.” Bahkan Buyung menyebutnya sebagai Perpustakaan Berjalan.

Selain sebagai Guru, Budayawan Lalu Ahmad JD menggeluti profesi wartawan yang diawali dengan kegiatan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) Propinsi NTB. Ia banyak mengisi acara di RRI Mataram dan Radio Swasta atas nama IPMI. Bersama teman-teman IPMI seperti Mansyur Siradz, Mesir Suryadi, Dirman Thoha, Chaerul Makmursyah, Syahrinudin Seman, Erpani Sayuti, Bochri Rachman dll.

Ia aktif menulis di buletin IPMI stensilan tahun 1970, kemudian diberi nama MEDIA. Walaupun stensilan tetapi buletin IPMI diperhitungkan karena berani memberikan koreksi termasuk kritik kepada Gubernur NTB HR Wasita Kusuma. Ada satu pojok buletin stensilan yang membuat Gubernur Wasita Kusuma marah. Semua wartawan dikumpulkan untuk Jumpa Pers yang berisi klarifikasi Gubernur. Suasana menjadi tegang karena Gubernur tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Hampir semua Wartawan terdiam. Kalaupun ada yang bicara hanya membela diri. Sikap Buletin IPMI tidak goyah. Nah siapa redaktur yang membuat “pojok” berani itu. Sangat rahasia, tapi ada yang menduga pojok itu dibuat Almarhum Mamiq Ahmad. Ia berani dan konsisten.

Ada kisah bagaimana Gubernur Wasita Kusumah geram dan menempeleng Lalu Ahmad JD. Menurut persi yang ia ceritakan kepada Buyung Sutan Muhlis. “Gubernur marah karena saya mewancarainya sambil makan kacang.”  Tetapi teman teman wartawan waktu itu memperkirakan bukan karena makan kacang. Tetapi marahnya Gubernur karena kritik keras sejumlah media termasuk buletin IPMI terutama Pojoknya.

Rasa kagum terhadap kontributor Radio internasional BBC, VOA dan ABC ini, juga datang dari Sukri Rey Aruman, Ketua KPID NTB 2014-2018. Ia menyebut Lalu Ahmad JD sosok yang sangat peduli, inspiratif dan loyal pada profesi. ” Kami akan meneruskan semua nasehat dan semangat perjuanganmu. “Menjadi jurnalis adalah pilihan, menjadi saksi sejarah dan ladang ibadah, kata beliau kepada saya suatu ketika. Maklum, kami juga punya hobby yang sama, sebagai pendengar setia siaran radio luar negeri. Bedanya, beliau lama jadi kontributor VOA, BBC dan Radio Australia Seksi Indonesia sejak masih aktif sebagai PNS. Ahmad JD is one of very inspirative and important persons in my life.. Rest in Peace….” Tutur Sukri.

Sebagai budayawan ia sering diundang sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan . Kalau sudah mulai bicara tentang seni dan budaya terus mengalir sulit dihentikan. Hal yang sama terjadi kalau bicara tentang pers. Bisa berjam-jam ngobrol tentang pengalamannya.  Ia pernah diundang AJI Mataram untuk cerita tentang pengalamannya. Waktu yang disediakan 20 menit, tidak cukup terlampui menjadi 1 jam .

Sosok yang setia menggunakan motor tuanya, memanfaatkan banyak waktu untuk kegiatan sosial . Pada saat Gempa melanda Lombok tahun 2017 ia bersama teman teman WT membuat Gerakan Peduli Gempa Lombok . Sejumlah bantuan kemanusiaan disalurkan untuk para korban gempa berupa beras, mie instan, air mineral, makanan ringan, terpal, selimut, dan lain lain . Saat Lombok mulai bangkit pascagempa dibuat Gerakan Lombok Bangkit . Sasarannya pembangunan Mesjid dan Musalla Darurat. Tidak kurang dari 18 Musalla Darurat dan perbaikan masjid dibantu gerakan ini. Satu Mesjid kayu berukuran 15×15 meter di Malimbu, Lombok Utara, dibangun seorang donatur yang difasilitasi gerakan WT, termasuk Almarhum Lalu Ahmad JD. Jika ditotal seluruh dana untuk pembangunan tempat ibadah itu mencapai Rp 0,5 milyar.

Saat pandemi Covid 19 melanda NTB teman teman WT termasuk Almarhum bersama Nasri Umar Foundation membuat gerakan bantuan Corona. Gerakan ini kerja sama dengan RRI Mataram dan PWI NTB dengan Ketua Nasrudin Zein. Ratusan paket berisi beras, telur dan mie disalurkan kepada mereka yang terdampak Covid 19. Itulah berbagai kegiatan Budayawan dan Wartawan Lalu Ahmad JD alm dan teman teman WT.

Pada tanggal 11 Juni 2020 sore kami menerima telpon dari anak beliau bahwa bapak meninggal dunia. Innalillahiwainna ilaihiroji’un. Saya terkejut karena belum ada informasi tentang sakitnya. Sore itu saya dibonceng motor oleh Abdul Latif Apriaman mantu yang juga tokoh AJI Mataram menuju rumah duka di Lingkungan Majeluk Mataram. Saya duduk bersila 10 menit disamping jenazah Alm seraya berdoa untuk Alm. Semoga beliau Husnul Khatimah.  H. BOCHRI RACHMAN

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *